Mencerminkan peningkatan kesadaran dan partisipasi masyarakat Indonesia dalam perlindungan hak kekayaan intelektual.
Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) menutup rangkaian peringatan Hari Kekayaan Intelektual Sedunia 2025 dengan penyelenggaraan “Expose Kinerja Satu Dekade dan Pemberian Penghargaan Kekayaan Intelektual” di Graha Pengayoman Kementerian Hukum, Rabu (4/6/2025).
Kegiatan ini bertujuan untuk memberi gambaran komprehensif mengenai ekosistem kekayaan intelektual di Indonesia yang tumbuh dan berkembang pesat. Secara rinci setidaknya terdapat empat urgensi utama expose kinerja DJKI yang disampaikan Direktur Jenderal Kekayaan Intelektual, Razilu.
Pertama, mengukur perkembangan inovasi dan kreativitas nasional. Kedua, mengevaluasi efektivitas kebijakan dan program DJKI. Ketiga, merumuskan strategi dan kebijakan Kekayaan Intelektual di masa depan. Keempat, akuntabilitas dan transparansi publik.
Dalam laporannya, Razilu mengatakan sepanjang satu dekade terakhir, tercatat 1.738.573 permohonan kekayaan intelektual dengan pertumbuhan rata-rata tahunan sebesar 18,5 persen. Sebagian besar berasal dari dalam negeri. Rinciannya, 86,76 persen mencerminkan peningkatan kesadaran dan partisipasi masyarakat Indonesia dalam perlindungan hak kekayaan intelektual.
Baca juga:
Permohonan hak cipta dan merek sebesar 99,80 persen berasal dari dalam negeri dari total 672.400 permohonan. Lalu, 85,20 persen berasal dari luar negeri dari total 906.395 permohonan. Permohonan desain industri sebesar 68,76 persen berasal dari dalam negeri dari total 47.014 permohonan. Permohonan paten sebesar 32,05 persen berasal dari dalam negeri dari total 119.901 permohonan.
“Secara lengkap, capaian satu dekade kekayaan intelektual ini akan diluncurkan dalam sebuah buku yang akan di launching pada Agustus 2025. Buku ini dapat dijadikan sumber informasi komprehensif bagi seluruh pemangku kepentingan,” ujar Razilu.
